Startup Bandung Bikin Pencetak Foto Kondangan Anti-Antre



Para tamu undangan bisa memanfaatkan layanan tersebut untuk mencetak foto di acara pernikahan tanpa perlu antre panjang dan bisa langsung dari ponsel sendiri.
Berawal dari kesulitan melakukan dokumentasi acara pernikahannya dari berbagai sudut pandang, Andri Yadi, pendiri startup DyCode, menciptakan layanan cetak bernama Jepret Cloud+Print.
"Kebanyakan foto pernikahan hanya mengambil potret pasangan yang menikah dan keluarga. Sementara kerumunan undangan lainnya tak terlalu terakomodasi," kata Andri pada KompasTekno di ajang Popcon 2015 awal Agustus lalu.

Selain itu, booth foto yang tersedia kerap membuat tamu mengantre lama. Rata-rata waktu tunggu diperkirakan 15 hingga 30 menit. Belum lagi untuk mengolah foto dan mencetak.

Andri ingin memangkas keruwetan itu pada hari istimewanya, 30 Maret 2014 lalu. "Sebagai seorang geek kan pengen sewaktu nikah ada yang lucu-lucu," ia berujar.

Untuk bisa mendapatkan hasil cetak fotonya, tamu kondangan cukup mengunggah gambar yang diambil dengan ponsel masing-masing ke media sosial seperti Twitter, Instagram, Google Plus, dan Path, dengan disertai tagar tertentu. Para tamu tak perlu menginstal aplikasi khusus untuk mencetak foto.

Semua foto bertagar akan dikumpulkan oleh layanan Jepret Cloud+Print dan dicetak secara otomatis oleh sebuah mesin bernama Allegra. Sebuah frame foto berukuran 4R bisa dicetak dalam waktu relatif singkat, hanya delapan detik saja.

 Ingin lebih mengetahui Bisnis Starup atau Starup Bisnis, atau apa saja tentang cara memulainya untuk pemula silakan simak artikelnya di BISNIS STARUP

Mesin Allegra sendiri merupakan gabungan printer, modem, dan sebuah komputer mini Raspberry Pi yang berisi program untuk mengambil foto dari jejaring sosial dan mencetaknya.

Usai acara pernikahan, ternyata banyak tamu yang menanyakan soal "Jepret Cloud+Print". Padahal Andri tak berekspektasi apa-apa. Dari sini, benih usaha baru pun tumbuh.

"Wedding Organizer pernikahan saya akhirnya pakai Jepret juga buat nikahan-nikahan lain. Saya nggak menyangka ini bisa jadi sesuatu untuk dijual," katanya.

Andri Yadi dengan Dycode, startup berbasis di kota Bandung, kini menyediakan sewa layanan Jepret Cloud+Print lengkap dengan mesin Allegra, dua orang operator on-site, dan kertas foto dalam jumlah tak terbatas untuk individu atau perusahaan yang hendak menggelar acara. Harganya dipatok mulai Rp 4 juta per tiga jam.

Selain hasil cetak foto, penggelar acara dapat mengumpulkan semua file digital dari foto-foto event yang diimbuhi tagar lewat Jepret Cloud, platform komputasi awan yang menjadi tulang punggung layanan-layanan Jepret.

Berawal dari aplikasi Jepret

Layanan Jepret Cloud+Print awalnya merupakan sebuah aplikasi bernama Jepret yang dikembangkan Andri pada 2012. "Jepret intinya seperti Instagram, tapi untuk feature phone,"  kata Andri.

Setelah feature phone dilengserkan dominasi smartphone, Jepret sempat mati suri. Baru menjelang pernikahannya, pada Maret 2014, Andri mendapat ide untuk kembali membangkitkan Jepret.

Pada 19 Desember 2014, Andri meluncurkan aplikasi "Jepret Story". Tak berbeda jauh dari Jepret di feature phone, kali ini Jepret Story hadir di smartphone dengan beberapa pengembangan.

Dalam berbagai acara dan momen penting, pengguna Jepret Story bisa saling berbagi foto secara real-time dengan lebih mudah.

"Misalnya lagi liburan. Tiap orang tinggal sepakati penggunaan tagar tertentu. Nanti semua foto dari perangkat para pengguna yang berbeda-beda bisa langsung tersimpan. Nggak perlu lagi kirim-kiriman foto," Andri mencontohkan.

Jepret pun kini beranak menjadi tiga lini: Jepret Story, Jepret Cloud dan Jepret Cloud+Print Print. Semuanya menjadi anak usaha DyCode.

Ketiganya, kata Andri, masing-masing memenuhi kebutuhan bereda dan merupakan rangkaian yang saling melengkapi.

Para pengguna gadget bisa memanfaatkan Jepret Story sebagai media sosial berbagi foto. Para pembuat event bisa menggunakan Jepret Cloud+Print untuk dokumentasi dan meramaikan suasana acara.

"Para undangan yang mengunggah foto akan melengkapi dokumentasi pasangan yang menikah. Lalu mereka juga dapat reward karena bisa mengambil foto yang dicetak tanpa mengantre," kata Andri.

Bisa untuk promosi

Tak hanya menyasar para event orginizer, Jepret Cloud+Allegra juga diklaim efektif sebagai media promosi, contohnya untuk cafe dan restoran.

Andri percaya, pemasaran dari mulut ke mulut efektif untuk membangun rasa ingin tahu dan ingin coba. Nah, lewat Jepret Cloud+Print, pemilik cafe atau restoran bisa membangun antusiasme netizen di media sosial.

Misalnya, pengunjung cafe cukup diminta berfoto dengan smartphone masing-masing, lalu mengunggah hasil potret ke Twitter, Instagram, Path atau Google+.

Tak lupa, tagar nama cafe atau restoran disematkan pada foto yang dibagi. Imbalannya, pengunjung akan mendapat oleh-oleh foto dalam bentuk tercetak 4R saat pulang.

"Dengan menyebarkan tagar nama cafe atau restoran, maka pengunjung turut mempromosikan cafe atau restoran itu ke para netizen," kata Andri.

Sejauh ini, sudah dua kafe di Bandung yang menyewa alat Jepret Cloud+Print. "Tak menutup kemungkinan juga nantinya Allegra bisa dijual. Sekarang jumlahnya ada enam dan disediakan untuk sewa. Soalnya alat ini kan masih kami buat handmade," pungkasnya.
Post a Comment (0)
Previous Post Next Post